Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “Riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pada umumnya membahas pelbagai psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang diwilayah inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Meskipun istilah W.J.S. Purwadarminta (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal.267) psikologi pendidikan sendiri pada masa awal perkembangannya, pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah scara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Menurut David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya itu.
Herbart adalah seorang filsuf dan pengaran kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart , proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar mengajar (lihat Bab 8 Subbab E).
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Rebert (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah karyanya yang dianggap monumental, “sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi pendidikan, Application of Fsichology to the Scienc of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan lengkap mengeni ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu: ... regard history the most potent to study in developing child character, next to it the classes (David, 1972). Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarang. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi formal seperti, membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari negara adidaya tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun singgung dimuka. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah jurnal Internasional yang bernama British Journal of Educational Psychology.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan untuk mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan psikologi pendidikan-yang biasanya di gabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikolog yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, di antaranya yang paling menonjol adalah:
1. Aliran humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J. Rousseau. Abraham Maslow, C. Rogers;
2. Aliran behaviorisme dengan tkoh utama J.B Watson. E. L. Thorndike, dan B.F Skiner.
3. Aliran kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.
Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
4/
5
Oleh
vlajarmoeda